Fenomena Second Account Instagram Gen Z : Mengapa Mereka Memilih Dunia Paralel?

Share

Facebook
WhatsApp

Generasi Z, yang tumbuh di tengah perkembangan pesat media sosial, dikenal memiliki hubungan unik dengan platform-platform digital, khususnya Instagram. Salah satu tren yang mencuat di kalangan Gen Z adalah penggunaan second account atau akun kedua Instagram, yang biasa disebut “finsta” (fake Instagram). Mengapa generasi ini merasa perlu memiliki akun kedua dan menciptakan “dunia paralel” di media sosial?

1. Kebutuhan akan Privasi dan Keaslian

Di akun utama mereka, Gen Z sering kali merasa terbebani oleh ekspektasi sosial untuk tampil sempurna dan mengikuti tren. Akun utama menjadi ruang untuk berbagi konten “terkurasi” yang terlihat rapi dan menarik, sering kali demi pencitraan. Sebaliknya, second account memberi ruang bagi mereka untuk lebih bebas dan autentik. Di akun kedua, mereka cenderung membatasi pengikut pada lingkaran teman dekat saja sehingga merasa lebih nyaman untuk mengekspresikan diri tanpa tekanan.

2. Menghindari Penilaian Publik

Bagi Gen Z, akun utama biasanya diikuti oleh keluarga, rekan kerja, atau bahkan atasan. Kehadiran mereka sebagai “penonton” dapat membatasi konten yang ingin mereka bagikan. Second account memungkinkan mereka untuk berbagi sisi diri yang lebih “kasual” atau “tidak dipoles” tanpa khawatir dihakimi oleh orang-orang di luar lingkaran pertemanan terdekat.

3. Ekspresi Bebas dan Kreativitas

Di second account, Gen Z merasa lebih bebas untuk bereksperimen dengan kreativitas mereka, baik itu melalui foto-foto yang spontan, unggahan lucu, hingga cerita sehari-hari yang mungkin kurang sempurna. Mereka merasa tidak perlu mengikuti algoritma atau aturan ketat konten, yang sering kali diikuti di akun utama untuk mendapatkan lebih banyak likes dan engagement. Dengan akun kedua, mereka bebas dari beban tersebut.

4. Dunia Digital yang Membagi Kehidupan Pribadi dan Publik

Bagi Gen Z, media sosial bukan sekadar sarana komunikasi; ini adalah cara untuk mengekspresikan identitas. Second account memungkinkan mereka menjalani kehidupan digital yang lebih tersegmentasi: akun utama sebagai representasi publik, dan akun kedua untuk teman dekat dan lebih intim. Ini menciptakan dunia digital paralel, di mana Gen Z bisa menjaga batas antara “persona publik” dan “persona pribadi”.

5. Dampak Kesehatan Mental

Keharusan untuk menampilkan citra yang sempurna di akun utama dapat menimbulkan tekanan sosial yang besar bagi Gen Z, yang sering berujung pada kecemasan atau stres. Second account menjadi semacam ruang aman, di mana mereka bisa lebih jujur tentang apa yang mereka rasakan, tanpa tekanan sosial. Dengan berbagi secara lebih autentik di akun kedua, mereka bisa merasa lebih rileks dan terbebas dari beban ekspektasi sosial.

6. Tren dan Dinamika Komunitas

Akun kedua juga menjadi bagian dari budaya atau tren yang khas di kalangan Gen Z. Dalam lingkaran pertemanan tertentu, memiliki second account bisa menjadi norma sosial. Mereka saling mengikuti di akun-akun kedua mereka, berbagi cerita yang tidak bisa ditemukan di akun utama, sehingga memperkuat ikatan komunitas kecil mereka. Ini juga menjadi simbol eksklusivitas, di mana hanya mereka yang terpilih yang bisa mengakses sisi “nyata” dari seseorang.

Fenomena second account di Instagram bagi Gen Z mencerminkan keinginan mereka untuk tetap terhubung, tetapi dengan cara yang lebih privat dan autentik. Dalam dunia digital yang serba cepat dan penuh ekspektasi, second account menjadi semacam pelarian untuk mengekspresikan diri secara jujur tanpa harus memenuhi standar sosial yang membebani. Melalui dunia paralel ini, Gen Z menemukan cara untuk menjaga kesehatan mental, memupuk hubungan yang lebih tulus, dan mengekspresikan sisi diri yang lebih beragam.

Pada akhirnya, second account adalah wujud adaptasi Gen Z dalam menavigasi dunia media sosial yang kian kompleks. Ini menunjukkan bahwa meskipun mereka adalah generasi digital, mereka tetap mendambakan ruang di mana mereka bisa menjadi diri sendiri tanpa tekanan.