Penggunaan AI di Dunia Akademik: Manfaat dan Tantangan bagi Mahasiswa

Share

Facebook
WhatsApp

Di era digital saat ini, teknologi kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) telah menjadi bagian penting dalam kehidupan sehari-hari, termasuk di dunia akademik. Mahasiswa perguruan tinggi, khususnya, memanfaatkan AI seperti ChatGPT untuk membantu dalam berbagai aspek akademik. AI dinilai dapat memudahkan mahasiswa dalam mendapatkan informasi dan solusi untuk tugas-tugas mereka. Namun, di balik kemudahan yang ditawarkan, terdapat tantangan yang perlu dihadapi.

Salah satu mahasiswi Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, Cherly Shafa, mengakui bahwa ChatGPT sangat membantu dalam menyelesaikan tugas. “Beberapa dosen menyarankan pakai ChatGPT karena membantu mendapatkan jawaban dan masukan untuk tugas dan tugas akhir,” ujar Cherly saat diwawancara oleh Pro3 RRI, Jumat (26/10/2024). Sebagai mahasiswi Program Studi Bahasa Mandarin, Cherly merasa AI bisa menjadi pendukung dalam proses belajar, asalkan digunakan secara bijak.

Cherly menekankan pentingnya keseimbangan antara pemanfaatan ChatGPT dan sumber informasi lain seperti jurnal dan artikel ilmiah. Menurutnya, beberapa mahasiswa cenderung menggunakan AI sebagai sumber utama tanpa mengkaji ulang informasi yang didapatkan. “Saya tetap cari informasi lagi dari jurnal dan artikel sebagai pembanding, dan tidak pernah copy-paste karena hasilnya terlihat seperti template dari GPT,” jelasnya.

Pandangan Cherly ini didukung oleh mahasiswa lainnya, Farrel Ryandra dari Fakultas Pertanian, yang juga menggunakan ChatGPT untuk tugas-tugas praktikum. “Prodi saya membutuhkan eksplorasi yang mendalam, terutama di bagian science dan teknologi. ChatGPT membantu dalam memberikan gambaran apa saja yang perlu dibahas,” kata Farrel.

Sementara itu, Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, Stella Christie, mengingatkan agar mahasiswa tidak berlebihan dalam penggunaan ChatGPT. Menurutnya, AI sebaiknya digunakan dengan bijak untuk mendukung pendidikan, bukan menggantikan proses berpikir kritis yang esensial bagi mahasiswa.

Meskipun AI menawarkan kemudahan, baik Cherly maupun Farrel sepakat bahwa teknologi ini harus dimanfaatkan dengan bijak. Penggunaan yang berlebihan, tanpa penilaian kritis, berpotensi menghambat kemandirian dan kemampuan analitis mahasiswa. Dengan begitu, mereka bisa terus berkembang tanpa kehilangan kemampuan kritis yang penting dalam dunia akademik.

AI seperti ChatGPT dapat menjadi alat pendukung yang bermanfaat bagi mahasiswa, terutama untuk mencari referensi dan memahami materi. Namun, penggunaannya harus disertai dengan sikap kritis dan integrasi dengan sumber lain. Teknologi sebaiknya menjadi teman dalam proses belajar, bukan pengganti dari kerja keras dan penelitian mendalam.

BERITA TERBARU